Beberapa kali berkunjung ke pedalaman bersama rombongan pendatang,
kadang membuat kami mengelus dada. Sebabnya, saat melihat fauna, manusia
terkadang kelewat antusias. Lantas, tanpa ingat kalau satwa juga punya
kepekaan, jeprat-jepret si satwa.
Wajar jika kemudian satwa yang tadinya anteng di alamnya, merasa terganggu dan kabur. Menurut Michael “Nick” Nichols, staf fotografer National Geographic,
jika ingin memotret satwa maka fotolah satwa dalam bentuk, perilaku,
dan lingkungan aslinya. Tanpa mengganggu mereka —seberapapun besarnya
peralatan, teknologi, dan sumber daya yang dibutuhkan untuk
melakukannya.
Photo By : Risman Sawaludin |
Selain Nichols, National Geographic punya fotografer alam
liar ternama macam Tim Laman yang tenar berkat foto lengkap spesies
cenderawasihnya di Papua; Joel Sartore dengan foto teranyarnya mengenai
koala. Kesemuanya punya satu kesamaan: etika dalam menangkap imaji
satwa.
Reynold Sumayku, Photo Editor National Geographic Indonesia, menekankan bahwa pemotretan satwa di National Geographic berbeda karena didasarkan atas perilaku si satwa. Ingat, bukan potret! Karena potret mirip dengan menangkap imaji manusia .
“Kalau behavior, arahnya lebih kepada siklus hidup si satwa.
Saat dia masih kecil bagaimana, hubungannya dengan si induk bagaimana,
sosialisasi mereka lha,” kata Reynold.
Perilaku alami satwa akan muncul saat lingkungannya tidak terusik,
lagi-lagi soal etika. Reynold berbagi contohnya ketika memotret elang
jawa di Cibulao, Puncak, Jabar. Saat itu Reynold berada di platform pohon, tidak jauh dari sarang si elang yang ditutup dengan kamuflase agar si elang tidak terganggu.
Photo By : Risman Sawaludin |
Selain itu, untuk menjadi pemotret alam liar, bekali diri dengan riset. Untuk National Geographic, fotografernya biasa bekerja sama dengan peneliti.
“Bayangkan jika kita ngga ada background apa-apa, masuk hutan cuma untuk motret satwa tanpa tahu perilakunya gimana,” kata Reynold.
Tantangan utama dalam pemotretan macam ini adalah waktu. Sebab,
satwa-satwa ini tidak tahu dan tidak akan mengerti jadwal yang dimiliki
manusia pemotretnya. Contohnya, kata Reynold, saat memotret owa di
Garut.
Ia hanya punya waktu lima hari, tapi si owa baru muncul di hari
ketiga atau keempat. Sisanya hanya suara dan saat dihampiri menghilang.
Oiya, satu lagi, lengkapi dengan peralatan memadai. “Peralatan memang
bukan yang utama tapi sangat membantu.”
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
BalasHapusDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny