Sabtu, 04 Mei 2013

Candi Muaro Jambi Terkenal Luasnya

       Kali ini saya akan mengunjungi kompleks Candi muaro jambi yang merupakan situs peninggalan purbakala agama hinddu-budhha yang kononnya terluas di indonesia dan kemungkinan besar merupakan peninggalan kerajaan sriwijaya dan kerajaan melayu. dari cerita tersebut sayapun penasaran untuk datang ke kompleks candi muaro jambi,nah untuk mendatangi ke candi tersebut saya menghubungi teman saya yang ada di jambi dari situ saya meminta tolong untuk diantarkan ke kompleks candi muaro jambi dan temen saya itu siap untuk menggantarkannya, saya pun langsung berangkat dari jakarta menuju jambi dengan menggunakan pesawat, sesampenya di bandara saya di jemput oleh teman dan bristirahat dulu dikota jambi,sambil main2 keliling kota jambi. setelah mengobrol dengan temen saya ini letak kompleks muaro jambi ini lumayan jauh sekitar 2 jam untuk tiba candinya dari kota jambi. karena jauh saya bilang besok aja pagi2 kita berangkat,kata temenku oke siap.. temen ku ini sangat baik,hahahhaha
        23 januari 2013
        waktu sudah pagi kami bersiap-siap dulu mandi dan sarapan. letak candi muaro jambi ada dikabupaten muaro jambi lebih tepatnya deket tepi sungai batang hari,kamipun berangkat menggunakan motor di sepanjang jalan menuju candi terdiri dari pohon2 karet dan sungai2 besar kamipun melewati jembatan sungai batanghari yang terkenal panjang sungainya di sumatra,selain itu banyak monyet di pinggiran jalan menuju candi dan banyak pohon2 yang di tebang,ketika sesampenya di kopleks muaro jambi sudah terlihat candinya banyak batu2an yang terpisah dan belum terpasangkan.
Jembatan Batang Hari
Sungai Batang Hari
     Ketika Saya melihat ini candi luas sekali dan dikira-kira masih banyak yang belum diketemukan juga,selain itu juga candi ini banyak dikunungi dari negara tetangga contohnya dari thailand mengunjungi candi ini untuk bersembahyang. karena luas menurut saya capek kalo jalan kaki untuk mengunjungi candi semuanya,tetapi candi disini sudah ada yang tersusun rapih dan ada yang berantakkan sehingga tidak terurus dengan baik,coba kalau pemerintah jambi merawatnya dengan baik sehingga bakal banyak yang mengunjungi tempat ini serta bisa jadi tempat wisata.

Kompleks Candi Muaro Jambi
Kompleks Candi Muaro Jambi
Patung Di Candi Muaro Jambi


Rabu, 24 April 2013

Berjuang Demi Hidrosefalus

      Hunting kali ini berniat untuk memotret anak kecil yang terkena penyakit hidrosefalus,kenapa saya tertarik motret balita yang terkena penyakit hidrosefalus? jawab: karena moment dan foto ini sangat bagus dan menarik hati saya untuk memotretnya mungkin dengan foto ini saya akan publikasikan fotonya sehingga bermanfaat saat dilihat fotonya kepada orang lain  karena perlakuan yang terkena penyakit ini perlu perlakuan khusus oleh pemerintah .
Hidrosefalus merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh gangguan aliran cairan dalam otak atau disebut juga gangguan aliran serebrospinal. Penyakit ini dapat dideteksi dengan mudah dengan cara melihat ukuran pertumbuhan lingkar kepala bayi. Pertambahan ukuran yang tidak wajar atau terlalu besar dibandingkan ukuran normalnya merupakan salah satu indikasi yang harus diwaspadai pada penyakit ini, saat saya datang di wisma hidrosefalus penasaran karena sebelumnya belum pernah melihat balita yang terkena penyakit hidrosefalus,saat sampai pintu gerbang sudah terdengar jeritan bayi-bayi dan saat masuk ternyata saya langsung tersentuh batin dan menangis dalam hati,  serta bicara dalam hati kenapa balita ini bisa terkena penyakit ini, selain itu balita yang terkena ada yang berumur baru lahir sampai 4 tahun.saya pun bertanya kepada ibu yang mengasuh balitanya, ibu tersebut bercerita "bayi sering nangis dan rewel malam hari. Kepalanya pun makin mulai membesar. Penyakit Hidroselafus sendiri ialah ketidakseimbangan antara produksi, distribusi, dan penyerapan cairan otak sehingga menyebabkan penumpukan cairan yang otak berlebih di kepala ,sebab itu penyakit ini harus segera di operasi Karena penderita penyakit Hidrosefalus apabila dibiarkan berdampak fatal yaitu kematian. Karena cairan bertambah banyak, sehingga akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital,”kata ibunya dan operasinya juga membutuhkan uang yang tidak sedikit ujar ibunya. saya pun langsung tersentuh saat pembicaraan ibunya begitu dalam hati kalo foto ini juara saya kasihkan untuk biaya operasinya.
Pengen tahu lebih lengkap hidrosefalus? dibawah ini

Wisma Kasih Bunda Hidrosepalus Semarang(photo by odi)
Hidrosefalus dapat terjadi akibat berbagai faktor, baik yang terjadi selama kehamilan maupun yang terjadi setelah kelahiran sang bayi. Salah satu penyebab bawaan atau kongenital yang dapat memicu timbulnya penyakit ini adalah serangan virus toxoplasma, yaitu virus yang ditularkan oleh hewan-hewan mamalia seperti kucing, anjing, dan lain-lain. Menghindari sentuhan dengan hewan-hewan peliharaan selama masa kehamilan dapat mengurangi resiko anak anda terserang penyakit ini. Penyebab lainnya yang mungkin memicu timbulnya hidrosefalus adalah meningitis bakterikal atau radang selaput otak akibat adanya infeksi bakteri, perdarahan intraverikuler atau perdarahan spontan di otak, maupun kelebihan vitamin A atau hipervitaminosis A.


Ibu dan anak ya yang terkena Hidrocefalus (photo by:odi)
Senyuman Balita Hidrosepalus
ternyata kita harus besyukur dengan allah apa yang kita sekarang lakukan dan pemberianya karena di dunia ini masih banyak yang berjuang dengan cobaannya,patutlah kita bersyukur!
Sekian cerita dari saya semoga bermanfaat.

Minggu, 21 April 2013

Memotret Satwa Juga Ada Etikanya

Beberapa kali berkunjung ke pedalaman bersama rombongan pendatang, kadang membuat kami mengelus dada. Sebabnya, saat melihat fauna, manusia terkadang kelewat antusias. Lantas, tanpa ingat kalau satwa juga punya kepekaan, jeprat-jepret si satwa.
Wajar jika kemudian satwa yang tadinya anteng di alamnya, merasa terganggu dan kabur. Menurut Michael “Nick” Nichols, staf fotografer National Geographic, jika ingin memotret satwa maka fotolah satwa dalam bentuk, perilaku, dan lingkungan aslinya. Tanpa mengganggu mereka —seberapapun besarnya peralatan, teknologi, dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukannya. 

Photo By : Risman Sawaludin
Selain Nichols, National Geographic punya fotografer alam liar ternama macam Tim Laman yang tenar berkat foto lengkap spesies cenderawasihnya di Papua; Joel Sartore dengan foto teranyarnya mengenai koala. Kesemuanya punya satu kesamaan: etika dalam menangkap imaji satwa.
Reynold Sumayku, Photo Editor National Geographic Indonesia, menekankan bahwa pemotretan satwa di National Geographic berbeda karena didasarkan atas perilaku si satwa. Ingat, bukan potret! Karena potret mirip dengan menangkap imaji manusia .
“Kalau behavior, arahnya lebih kepada siklus hidup si satwa. Saat dia masih kecil bagaimana, hubungannya dengan si induk bagaimana, sosialisasi mereka lha,” kata Reynold.
Perilaku alami satwa akan muncul saat lingkungannya tidak terusik, lagi-lagi soal etika. Reynold berbagi contohnya ketika memotret elang jawa di Cibulao, Puncak, Jabar. Saat itu Reynold berada di platform pohon, tidak jauh dari sarang si elang yang ditutup dengan kamuflase agar si elang tidak terganggu.

 
   
Photo By : Risman Sawaludin

Selain itu, untuk menjadi pemotret alam liar, bekali diri dengan riset. Untuk National Geographic, fotografernya biasa bekerja sama dengan peneliti.
“Bayangkan jika kita ngga ada background apa-apa, masuk hutan cuma untuk motret satwa tanpa tahu perilakunya gimana,” kata Reynold.
Tantangan utama dalam pemotretan macam ini adalah waktu. Sebab, satwa-satwa ini tidak tahu dan tidak akan mengerti jadwal yang dimiliki manusia pemotretnya. Contohnya, kata Reynold, saat memotret owa di Garut.
Ia hanya punya waktu lima hari, tapi si owa baru muncul di hari ketiga atau keempat. Sisanya hanya suara dan saat dihampiri menghilang. Oiya, satu lagi, lengkapi dengan peralatan memadai. “Peralatan memang bukan yang utama tapi sangat membantu.”

Soal Komposisi

Soal Komposisi

      Intinya, pada bagian pertama, saya ingin mengingatkan kembali (termasuk mengingatkan diri saya sendiri) soal pentingnya komposisi untuk menghasilkan foto yang baik (setidaknya secara visual). Sementara pada bagian kedua, saya memaparkan “modal” yang harus dibawa seorang fotografer ketika ingin berangkat memotret atau, dalam hal ini, merancang komposisi.
Saya mengakhiri artikel bagian 2 dengan pertanyaan, “Apa yang ingin saya (Anda) potret?” dengan harapan rekan-rekan memahami betul subjek yang ingin dipotret. Sekarang, mari kita menukik pada hal yang lebih teknis.
Focal point yang kuat
Salah satu “aturan” soal komposisi yang harus diketahui dan dipahami adalah: mata pengamat (pembaca, pemirsa, atau siapa pun yang bakal melihat foto Anda) selalu tertuju pada bagian yang paling terang, paling cerah dari sebuah situasi visual atau scene. Ini mungkin sudah terpatri dalam DNA kita, dan diturunkan selama ratusan atau ribuan tahun evolusi manusia.
Mata kita, sadar atau tidak sadar, mudah tertarik pada sesuatu yang berkilau, putih, gemerlap, atau cerah/terang. Jadi, yang ingin saya katakan adalah, pastikan bagian paling terang dari komposisi yang hendak Anda potret memang patut mendapatkan perhatian. Objek paling terang, dalam sebuah foto, otomatis menjadi focal point. (Atau berlaku pula, objek paling gelap, jika situasi scene keseluruhan terang.)
Focal point adalah titik atau bagian dalam suatu komposisi yang menarik perhatian mata pengamat. Umumnya, tujuan utama dari sebuah komposisi yang baik adalah memastikan agar focal point dan subjek utama dalam foto Anda sama: subjek Anda adalah focal point Anda.




 Foto : Risman Sawaludin

Dalam contoh foto di atas, ada semacam ambiguitas antara subjek utama (main subject) dengan focal point. Jika merujuk pada pemahaman di atas, bagian yang terang dari foto ini adalah gunung berbentuk bukit yang berwarna hijau, di antara pohon-pohon yang berwarna hijau. Tetapi pohon-pohon ini tidak menjadi focal point karena ia tersebar dan cenderung membentuk pola, tidak terpusat.
Sebaliknya, si pemotret menjadikan seseorang yang ada di foto ini, yang dalam foto terlihat sebagai bagian yang lebih gelap, sebagai subjek utama (yang ditunjukkannya secara sadar lewat judul fotonya: petualang). Artinya, dalam foto ini, focal point dan main subject tidak sama. Apakah dengan begitu foto ini “gagal” dari sisi komposisi?
Belum tentu.
Jika kita kembali merujuk pada apa yang saya tulis di atas, bisa jadi ini sebuah inverse: bagian yang gelap di antara yang terang akan menjadi focal point. Jadi, dari sudut pandang ini, main subject dan focal point dari foto sebenarnya sama: sang pembersih kubur. Sementara nisan-nisan putih hanyalah berfungsi sebagai pola latar yang bersifat “grafis”.
(Bersambung)

Kamis, 18 April 2013

[Tips] Memotret bawah air dengan kamera saku

Mengabadikan momen dan keindahan bawah laut menjadi suatu keharusan saat snorkeling maupun diving. Apa saja yang harus diperhatikan saat memotret dibawah laut, berikut tipsnya untuk FK-wan.


1. Memilih kamera bawah air
Beberapa produsen kamera saat ini mengeluarkan kamera yang bisa difungsikan untuk pemotretan di bawah air. Dilengkapi dengan fitur tahan air hingga kedalaman 15 meter, aneka pilihan mode pemotretan bawah air, penggunaan flash eksternal, hingga fasilitas super macro mode. Produsen kamera seperti Panasonic mengeluarkan Lumix DMC-5, Olympus mengeluarkan Though TG-2, Canon dengan kamera saku andalannya Powershot D20, ataupun produsen kamera seperti Nikon yang mengeluarkan kamera AW100. Sekarang tinggal memilih kamera yang sesuai dan menarik untuk mengabadikan momen bawah laut bagi FK-wan. Jika sudah memiliki kamera compact namun tidak memiliki fitur untuk bawah air? FK-wan bisa membeli underwater case yang banyak dijual di pasaran agar kamera bisa difungsikan saat berada di bawah air.

2. Cermat menggunakan fitur bawah air
Memotret di bawah air berbeda dengan memotret di daratan. Intensitas cahaya akan berdampak terhadap white balance yang dibaca oleh kamera, sehingga memengaruhi foto yang dihasilkan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, produsen kamera memberikan fitur yang membantu para pengguna untuk menghasilkan foto yang menarik saat memotret di bawah air. Seperti kamera yang saya gunakan, terdapat mode beach & snorkeling untuk mengambil foto di permukaan air hingga kedalaman 3 meter. Selain itu, mode underwater bisa digunakan hingga kedalaman 15 meter. Masing-masing fitur ini tentu saja akan sangat baik digunakan saat memotret di bawah air.



3. Mengaktifkan fungsi flash
Penggunaan fitur flash cocok digunakan untuk mengambil objek foto seperti terumbu karang maupun binatang kecil. Flash membantu mengeluarkan warna dan kecerahan pada objek foto bawah laut. Penggunaan fitur flash juga harus diperhatikan saat mengambil objek yang jaraknya cukup jauh dari kamera. Di bawah laut banyak plankton kecil tak kasatmata. Saat memotret dengan objek yang agak jauh dari kamera, plankton yang lebih dekat dari objek foto akan terkena cahaya flash dan menimbulkan bintik putih pada foto yang kita hasilkan. 

4. Jeli
Banyak hal yang menarik untuk diabadikan di bawah laut seperti mengabadikan gerombolan ikan, terumbu karang, maupun hewan-hewan kecil yang sangat menarik. Yang harus kita lakukan adalah jeli mencari objek yang menarik untuk diabadikan. Pada saat menyelam di Raja Ampat, saya menemukan momen berharga menyaksikan perkawinan nudibranch di atas pasir, juga bertemu hiu karpet wobbegong yang bentuknya menyerupai batu.

5. Komposisi
Meskipun berada di dalam laut, tentu kita tidak boleh melupakan komposisi foto. Karena dengan komposisi yang baik, kita bisa menghasilkan foto yang menarik. Berkreasi dengan komposisi seperti memanfaatkan terumbu karang sebagai foreground dengar latar gerombolan ikan, atau memanfaatkan celah di terumbu karang sebagai framing foto. (Mengenai teori dasar komposisi, silakan ikuti)
Sekarang, waktunya praktik ke laut. Ayo!



 

Jumat, 12 April 2013

Harus Coba Lagi Gunung Slamet 3428 MDPL



Waktu itu menjadi awal dari semua persiapan yang serba tiba-tiba, perjalanan kali ini diluar rencana yang diajak teman, namun tidak cuma omong doang untuk kesana.waktu itu lagi musim hujan di Pulau Jawa, Gunung Slamet. Gunung ini memiliki ketinggian 3428 mdpl terletak di 5 Kabupaten (Purbalingga, Banyumas, Brebes, Tegal, dan Pemalang) di Provinsi Jawa Tengah. Secara resmi gunung ini memiliki 6 jalur pendakian, dalam kesempatan kali ini kami memilih Jalur Bambangan (Dusun Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga).
Ada beragam cara untuk mencapai Basecamp Bambangan, dari purwoketo karena waktu itu kami berangkat mulai dari semarang menggunakan bus AC dengan harga 50000 rb serta lama perjalanan 7 jam,kami berangkat sore jam 3 sehingga sesampenya terminal purwokerto jam 9,karena binggung dengan kendaraan menuju basecamp sudah tidak ada terpaksa kami menyewa angkot dengan harga 200rb dengan jumlah orang 4 dengan lama perjalanan 1 jam serta sudah sampe basecamp Untuk retribusi pendakian kita wajib membayar 5000 rupiah.

Base Camp Slamet Pos Banbangan
Sesudahnya sampe basecamp kami pun langsung melanjutkan Pendakian dimulai dengan berjalan  dari Basecamp (1575 mdpl) menuju Pondok Pemuda (Gapura Pendakian), dari Gapura kami ambil jalur yang ke kanan, melewati ladang penduduk. Jalur pendakian sangat jelas, hingga akhirnya kami melewati Sungai Kering (Kali Bambangan) dan terus berjalan menikmati pemandangan ladang. 20 menit berlalu kami sudah berada di Lapangan Sepak Bola, Hutan Pinus yang tidak lebat namun tertata rapi menyapa dihadapan.

            Setelah 30 menit menyusuri ladang penduduk dan barisan Pohon Pinus kami tiba di Pos I (Pondok Gembirung) dengan ketinggian 2220 mdpl. Pagi itu pendakian kami ditemani rintik hujan yang deras kami pun menggelar tenda di pos 1,disini lumayan banyak pendaki nge camp di pos 1 ini,karena kami lelah di jalan terpaksa tidur terlelap di tenda dan sebelumnya niat mau lanjut subuh jam 5,eh ternyata kami bangunya telat 

Pos I
Perjalanan dari Pos I menuju Pos II memakan waktu 40 menit itu jika cepat dengan jalur pendakian yang panjang dan mulai vertikal, vegetasi khas hutan tropis membuat suasana menjadi lembab dan hanya sedikit cahaya matahari yang masuk dari celah-celah pepohonan. Pos II (Pondok Walang) ini ditandai dengan lahan yang cukup luas untuk 3-4 tenda kapasitas 5 orang.

 
Pos II
Perjalanan dilanjutkan dengan senda gurau selama 25 menit, hingga akhirnya tibalah kami di Pos III (Pos Cemara) , altimeter menunjukkan angka 2465 mdpl. Di pos ini juga cukup untuk membangun 2-3 tenda kapasitas 5 orang, namun apabila fisik dan keadaan lingkungan mendukung, ada baiknya camp di pos V atau pos VII saja.
Pos III
20 menit kemudian tibalah kami di Pos IV (Samarantu) merupakan pos yang sangat tidak direkomendasikan untuk bermalam, karena berdasarkan cerita lokal yang beredar, daerah ini merupakan tempat paling angker dari seluruh tempat di Jalur Pendakian Gunung Slamet via Bambangan. Samarantu berasal dari kata ‘samar’ dan ‘hantu’ yang berarti ‘hantu yang tidak terlihat’. Meskipun demikian untuk yang ingin uji nyali, pos ini dapat menampung 3-4 tenda kapasitas 5 orang. Dari sini perjalanan mulai kering karena hutan mati sisa kebakaran masih terlihat gersang sampai pos VII.


Pos IV
Dari pos IV menuju pos V (Pos Air) kita akan melewati hutan mati sisa kebakaran, meskipun demikian vegetasi hutan tropis masih mendominasi pemandangan sekitar. Perjalanan dari pos IV menuju pos V memakan waktu 25 menit. Di pos ini kita dapat menemui mata air, dengan berjalan ke turun ke kiri selama 5 menit. Kita harus naik ke arah batu licin berlumut sampai menemukan pipa aliran air, karena air ini yang lebih bersih dibandingkan yang mengalir di bebatuan.
  
   
Pos V
10 menit berlalu begitu cepat, atap seng pos VII yang terlihat dari jalur pendakian, menjadi pertanda pelepas lelah yang sudah tertahan sejak awal pendakian. Kini kami sudah berada di titik aman, pondok kosong, dan bayangan tenda hangat tanpa angin sudah menjadi kenyataan. Kami mencoba untuk membuat api unggun di depan pos, namun waktu yang digunakan untuk membuat api hidup tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh, badan tidak sempat hangat, karena hujan saat itu juga turun. Apa boleh buat, saatnya makan malam, dan tidur, mempersiapkan kondisi tubuh untuk Summit Attack.
 
       Kami tidak beruntung, cuaca jelek dan angin kencang sejak dari basecamp, meskipun demikian tidak berarti pendakian menjadi lebih mudah. Dari pos VII menuju pos VIII kita dihadapkan pada jalur sempit vertikal. Batas Vegetasi menjadi pertanda dimulainya pendakian yang sebenarnya. Jalur pendakian yang terjal berbatu ini rentan menimbulkan bahaya, selain terpeleset dari jalur, bebatuan yang mudah jatuh ini dapat menimpa pendaki lain kalau kita berjalan tanpa hati-hati.

       Jalur menuju Triangulasi Atap Jawa Tengah ini lumayan berat dan membosankan, dan ini lumayan menguras tenaga,yang asalnya hanya wacana dan obrolan teman tibalah kami di Atap Jawa Tengah, 3428 mdpl. tapi sayang yang sampe puncak hanya 2 orang dan teman yang lain tidak ikut karena kelelahan, tenang teman2 kita ntar kesini lagi hahahahahah. 

 
 
Jalur Menuju Puncak


  
Pucak Slamet 3428 Mdpl Dengan Bendera PKS hahahahahah


Selasa, 02 April 2013

Ekspedisi Corallium X III Marine Diving Club

Marine Diving Club merupakan unit kegiatan kemahasiswaan yang ada di jurusan ilmu kelautan universitas diponegoro semarang,waktu itu saya sedang jadi peserta oprek angkatan saya kebetulan ekspedisi corallium ini merupakan tahap opreknya,jadi tahapan ini wajib bagi peserta oprek oleh sebab itu wajib saya harus melakukan dan sekaligus jadi panita ekspedisi corallium X III, ekspedisi ini di adakan di kepulauan karimun jawa tanggal 12 desember 2011 yang diikuti 24 peserta.
      
      Ekspedisi Corallium ini merupakan salah satu rangkaian dari Open Reckruitmen pada setiap tahunnya. Dimana peserta open reckruitment yang telah melewati 6 tahapan sebelumnya, yaitu pengenalan kolam, wawancara, pendidikan akademis penyelaman, latihan keterampilan kolam (LKK), latihan perairan terbuka (LPT), dan pembinaan mental dan pemantapan. Ekspedisi Corallium ini merupakan ekspedisi pertama bagi anggota muda XVI Marine Diving Club yang mana kegiatan ini melantih kemampuan team work mereka serta belajar memanagement suatu acara supaya diharapkan kedepannya mereka mempunyai skill individu maupun kelompok dan mahir dalam mengkoordinir acara-acara selanjutnya.
Dari tahun ke tahunnya semenjak Ekspedisi Corallium yang pertama sampai saat ini memang dilaksanakan di kepulauan Karimun Jawa, karena sebagai organisasi yang bergerak pada dunia selam khususnya scientific diver, Marine Diving Club mempunyai cita-cita untuk mendata tutupan terumbu karang dan ikan karang di semua pulau yang ada di Kepulauan Karimun Jawa. Saat sekarang ini sudah didapatkan data sebanyak 13 data pulau dari 26 pulau yang terdapat di Karimun Jawa.
Keberangkatan tim Ekspedisi Corallium XIV Marine Diving Club bermula dari Basecamp Marine Diving Club, Tembalang,Semarang. Untuk menyeberangi laut jawa menuju Kepulauan Karimun jawa tim menggunakan kapal penyeberangan antar pulau KMP Muria dari pelabuhan Kartini Jepara. Keberangkatan pada pukul 09.00 WIB dan malam sebelumnya tim telah mensuplai peralatan yang dibutuhkan untuk ekspedisi ke deck kapal. Setelah menempuh waktu 6 jam kapal mulai merapat di pelabuhan Perintis Karimun jawa dan segera saja anggota tim mengeluaran peralatan dari deck kapal dan bersiap-siap menuju penginapan. 
  
Peserta Ekspedisi Corallium X III

  
KMP MURIA Menuju Karimun Jawa
    
      Pada hari pertama belum ada kegiatan penyelaman, kegiatan hanya berupa pengecekan alat, pengisian tabung, serta persiapan lainnya untuk penyelaman esok hari. Pada malam harinya anggota tim mengadakan briefing dengan Mas Budi selaku instruktur sertifikasi. Untuk melakukan kegiatan penyelaman setiap orang harus mengantongi sertifikat selam terlebih dahulu minimal “basic scuba diver” atau yang lebih dikenal dengan A1.
Pada hari kedua dilaksanakan Latihan Perairan Terbuka sertifikasi selam (A1). Setiap peserta yang telah dilengkapi dengan scuba set turun pada kedalaman 7 meter dengan buddy nya masing-masing serta didampingi juga oleh instruktur. Disini akan dilihat kemampuan selam yang berupa daya apung (buoyancy), hand signal, dan perapan hand signal.
Pada hari ke tiga dimulailah kegiatan inti yaitu pendataan terumbu karang, ikan karang dan parameter oseonografi. Pendataan dilakukan di Pulau Parang, Kelurahan Parang, Kecamatan Karimun Jawa. Pendataan dilakukan dengan metode LIT (Line Intersect Transek) yaitu dengan menggunakan roll meter sepanjang 75 meter yang dibentangkan sepanjang garis pantai. Pendataan dilakukan pada 2 kedalaman, yaitu pada kedalam 3 meter yang mewakili perairan dangkal dan pada kedalaman 10 meter yang mewakili perairan dalam. Pendataan dilakukan pada 4 sisi arah mata angin dari pulau, yaitu Utara, Timur, Selatan dan Barat. Namun untuk hari pertama ini dilakukan pendataan pada sisi Utara dan Timur sedangkan untuk sisi lainnya dilakukan pada hari berikutnya.
Untuk menempuh pulau parang tim membutuhkan waktu sekitar 2 hingga 2,5 jam dari pulau Karimun besar dengan naik sopek (perahu motor ). Karena waktu tempuh yang cukup lama tim berangkat pukul 6 pagi akar tidak terlalu kesiangan pada saat pendataan. Sekitar jam 8 pagi sopek yang ditumpangi telah samapi di sisi utara pulau parang, dan segera saja dilakukan survey pencarian bagian yang memiliki tutupan karang yang bagus. Setelah didapatkan daerah pendataan, mulai lah buddy yang bertugas mengelar transek turun dengan membawa roll meter dan pelampung. Pelampung ini sebagai penanda setiap segmen. Titik 0 meter, 37,5 meter dan titik 75 meter. Setelah transek dan pelampung siap terpasang pendataan karang dan ikan karang pun dimulai. Masing-masing buddy terdiri dari 2 orang, satu orang bertugas mendata tutupan terumbu karang dan satu orang lagi bertugas mendata ikan karang. Pendataan karang dengan menuliskan nama genus, sedangkan untuk ikan pendataannya hingga taksonomi spesies.  Hal yang sama juga dilakukan pada sisi timur pulai dengan cara yang sama. Sehingga pada hari ini anggota tim telah berhasil mendata 2 sisi pulau, Utara dan Timur. Esok harinya akan dilakukan pendataan sisi Selatan dan Barat
 
  
Proses Pendataan Karang