Waktu itu menjadi awal dari semua
persiapan yang serba tiba-tiba, perjalanan kali ini diluar rencana yang diajak teman,
namun tidak cuma omong doang untuk kesana.waktu itu lagi musim hujan di Pulau Jawa, Gunung Slamet. Gunung ini
memiliki ketinggian 3428 mdpl terletak di 5 Kabupaten (Purbalingga,
Banyumas, Brebes, Tegal, dan Pemalang) di Provinsi Jawa Tengah. Secara
resmi gunung ini memiliki 6 jalur pendakian, dalam kesempatan kali ini
kami memilih Jalur Bambangan (Dusun Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan
Karangreja, Kabupaten Purbalingga).
Ada beragam cara untuk mencapai Basecamp
Bambangan, dari purwoketo karena waktu itu kami berangkat mulai dari semarang menggunakan bus AC dengan harga 50000 rb serta lama perjalanan 7 jam,kami berangkat sore jam 3 sehingga sesampenya terminal purwokerto jam 9,karena binggung dengan kendaraan menuju basecamp sudah tidak ada terpaksa kami menyewa angkot dengan harga 200rb dengan jumlah orang 4 dengan lama perjalanan 1 jam serta sudah sampe basecamp Untuk retribusi pendakian kita wajib membayar 5000 rupiah.
|
Base Camp Slamet Pos Banbangan |
Sesudahnya sampe basecamp kami pun langsung melanjutkan Pendakian dimulai dengan berjalan dari Basecamp (1575
mdpl) menuju Pondok Pemuda (Gapura Pendakian), dari Gapura kami ambil
jalur yang ke kanan, melewati ladang penduduk. Jalur pendakian sangat
jelas, hingga akhirnya kami melewati Sungai Kering (Kali Bambangan) dan
terus berjalan menikmati pemandangan ladang. 20 menit berlalu kami sudah
berada di Lapangan Sepak Bola, Hutan Pinus yang tidak lebat namun
tertata rapi menyapa dihadapan.
Setelah 30 menit menyusuri ladang
penduduk dan barisan Pohon Pinus kami tiba di Pos I (Pondok Gembirung)
dengan ketinggian 2220 mdpl. Pagi itu pendakian kami ditemani rintik
hujan yang deras kami pun menggelar tenda di pos 1,disini lumayan banyak pendaki nge camp di pos 1 ini,karena kami lelah di jalan terpaksa tidur terlelap di tenda dan sebelumnya niat mau lanjut subuh jam 5,eh ternyata kami bangunya telat
|
Pos I |
Perjalanan dari Pos I menuju Pos II
memakan waktu 40 menit itu jika cepat dengan jalur pendakian yang panjang dan
mulai vertikal, vegetasi khas hutan tropis membuat suasana menjadi
lembab dan hanya sedikit cahaya matahari yang masuk dari celah-celah
pepohonan. Pos II (Pondok Walang) ini ditandai dengan lahan yang cukup
luas untuk 3-4 tenda kapasitas 5 orang.
|
Pos II |
Perjalanan dilanjutkan dengan senda gurau
selama 25 menit, hingga akhirnya tibalah kami di Pos III (Pos Cemara) ,
altimeter menunjukkan angka 2465 mdpl. Di pos ini juga cukup untuk
membangun 2-3 tenda kapasitas 5 orang, namun apabila fisik dan keadaan
lingkungan mendukung, ada baiknya camp di pos V atau pos VII saja.
|
Pos III |
20 menit kemudian tibalah kami di Pos IV
(Samarantu) merupakan pos yang sangat tidak direkomendasikan untuk
bermalam, karena berdasarkan cerita lokal yang beredar, daerah ini
merupakan tempat paling angker dari seluruh tempat di Jalur Pendakian
Gunung Slamet via Bambangan. Samarantu berasal dari kata ‘samar’ dan
‘hantu’ yang berarti ‘hantu yang tidak terlihat’. Meskipun demikian
untuk yang ingin uji nyali, pos ini dapat menampung 3-4 tenda
kapasitas 5 orang. Dari sini perjalanan mulai kering karena hutan mati
sisa kebakaran masih terlihat gersang sampai pos VII.
|
Pos IV |
Dari pos IV menuju pos V (Pos Air) kita
akan melewati hutan mati sisa kebakaran, meskipun demikian vegetasi
hutan tropis masih mendominasi pemandangan sekitar. Perjalanan dari pos
IV menuju pos V memakan waktu 25 menit. Di pos ini kita dapat menemui
mata air, dengan berjalan ke turun ke kiri selama 5 menit. Kita harus
naik ke arah batu licin berlumut sampai menemukan pipa aliran air,
karena air ini yang lebih bersih dibandingkan yang mengalir di bebatuan.
|
Pos V |
10 menit berlalu begitu cepat, atap seng
pos VII yang terlihat dari jalur pendakian, menjadi pertanda pelepas
lelah yang sudah tertahan sejak awal pendakian. Kini kami sudah berada
di titik aman, pondok kosong, dan bayangan tenda hangat tanpa angin
sudah menjadi kenyataan. Kami mencoba untuk membuat api unggun di depan
pos, namun waktu yang digunakan untuk membuat api hidup tidak sebanding
dengan hasil yang diperoleh, badan tidak sempat hangat, karena hujan
saat itu juga turun. Apa boleh buat, saatnya makan malam, dan tidur,
mempersiapkan kondisi tubuh untuk Summit Attack.
Kami tidak beruntung, cuaca jelek
dan angin kencang sejak dari basecamp, meskipun demikian tidak berarti
pendakian menjadi lebih mudah. Dari pos VII menuju pos VIII kita
dihadapkan pada jalur sempit vertikal. Batas Vegetasi menjadi pertanda
dimulainya pendakian yang sebenarnya. Jalur pendakian yang terjal
berbatu ini rentan menimbulkan bahaya, selain terpeleset dari jalur,
bebatuan yang mudah jatuh ini dapat menimpa pendaki lain kalau kita
berjalan tanpa hati-hati.
Jalur menuju Triangulasi Atap Jawa Tengah
ini lumayan berat dan membosankan, dan ini lumayan menguras tenaga,yang asalnya hanya wacana dan obrolan teman tibalah kami di Atap Jawa Tengah,
3428 mdpl. tapi sayang yang sampe puncak hanya 2 orang dan teman yang lain tidak ikut karena kelelahan, tenang teman2 kita ntar kesini lagi hahahahahah.
|
Jalur Menuju Puncak |
|
Pucak Slamet 3428 Mdpl Dengan Bendera PKS hahahahahah |